Mengenal Kijang Mas, si Penjaga Sunyi dari Semak Tropis
![]() |
Sumber: facebook |
Jakarta — Di antara rimbunnya hutan
tropis dan semak belukar Asia, tersembunyi satu jenis satwa liar yang menarik
perhatian para peneliti dan pengunjung kebun binatang: Kijang Mas atau Indian
Muntjac (Muntiacus muntjak). Meski tubuhnya kecil dan penampilannya
sederhana, hewan ini menyimpan banyak keunikan biologis yang membuatnya penting
untuk dikenali dan dilestarikan.
Identitas dan Klasifikasi Ilmiah
Kijang Mas termasuk dalam kelas Mamalia,
ordo Artiodactyla (hewan berkuku genap), dan keluarga Cervidae, yaitu keluarga
rusa. Spesies ini memiliki nama ilmiah Muntiacus muntjak.
Dengan panjang tubuh antara 90
hingga 110 cm, kijang ini tergolong kecil jika dibandingkan dengan kerabat
dekatnya seperti rusa. Bulu mereka berwarna cokelat kemerahan hingga keemasan,
dengan tekstur halus dan pendek. Nama “Mas” sendiri diambil dari warna bulunya
yang tampak keemasan di bawah sinar matahari.
Ciri Khas Unik: Tanduk dan Suara
Salah satu ciri khas utama dari
kijang jantan adalah sepasang tanduk pendek yang dapat tumbuh hingga sekitar 15
cm. Tanduk ini muncul dari batang tulang yang menonjol di bagian atas kepala.
Menariknya, di samping tanduk, kijang jantan juga memiliki gigi taring yang
mencuat keluar, menyerupai gigi taring karnivora. Taring ini digunakan dalam
perkelahian sesama pejantan.
Selain itu, Kijang Mas dikenal
sebagai salah satu spesies rusa yang bersuara. Mereka dapat mengeluarkan suara
seperti menggonggong, sehingga di beberapa wilayah disebut juga “barking deer”.
Suara ini digunakan sebagai sinyal peringatan jika ada predator atau gangguan
di sekitar.
Habitat dan Sebaran
Kijang Mas tersebar luas di Asia
Selatan dan Tenggara, termasuk di negara-negara seperti India, Pakistan,
Bangladesh, Myanmar, Indocina, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Di alam liar,
mereka biasa hidup di hutan tropis, semak belukar, dan bahkan kebun atau lahan
pertanian di pinggir desa.
Kijang ini bersifat soliter dan
aktif terutama pada pagi dan sore hari (krepuskular). Mereka dikenal sebagai
hewan yang sangat pemalu, cepat bersembunyi saat merasa terancam, dan sangat
bergantung pada vegetasi lebat untuk berlindung.
Sebagai herbivora, makanan utama
mereka adalah daun, rumput, buah-buahan jatuh, dan tunas muda. Peran mereka
dalam ekosistem sangat penting, terutama dalam menyebarkan biji-bijian yang
mereka makan ke berbagai tempat melalui sistem pencernaannya. Dengan begitu,
mereka membantu memperkaya biodiversitas hutan.
Siklus Hidup dan Reproduksi
Berbeda dengan beberapa jenis rusa
lain, kijang tidak memiliki musim kawin tertentu. Betina bisa bunting kapan
saja sepanjang tahun, dengan masa kehamilan sekitar 210–225 hari. Setiap
kelahiran biasanya menghasilkan 1–2 ekor anak.
Anak kijang yang baru lahir
langsung bisa berdiri dan berjalan dalam waktu singkat, yang menjadi strategi
bertahan hidup alami dari ancaman predator.
Di balik tubuhnya yang mungil dan
langkahnya yang senyap, Kijang Mas menyimpan pesan besar tentang pentingnya
menjaga keseimbangan alam. Ia bukan hanya bagian dari hutan, tapi juga penjaga
keheningan yang nyaris tak terdengar suaranya—kecuali saat menggonggong untuk
memberi tahu bahwa hutan masih bernyawa. Selama masih ada pohon yang tumbuh dan
manusia yang peduli, semoga suara Kijang Mas tak pernah benar-benar hilang dari
rimba.
Meskipun belum termasuk hewan yang
terancam punah secara global, populasi Kijang Mas di beberapa wilayah mengalami
penurunan akibat perburuan liar dan kerusakan habitat. Di Indonesia,
perlindungan spesies ini termasuk dalam perhatian berbagai lembaga konservasi
dan kebun binatang, termasuk Kebun Binatang Ragunan di Jakarta.
Upaya edukasi masyarakat mengenai
pentingnya peran kijang dalam ekosistem menjadi salah satu langkah penting
untuk pelestarian. Mengenali mereka bukan hanya tentang mengenal satu spesies,
tapi juga menghargai rantai kehidupan yang saling bergantung di alam liar.
Komentar
Posting Komentar