Kisah Nyata dari Jalan Raya: Induk Gajah dan Anak yang Tak Pernah Pulang

Sumber: Tiktok

Sebuah rekaman video yang beredar luas mengundang simpati banyak orang di kawasan Asia. Dalam video tersebut, seekor induk gajah terlihat tetap mendampingi anaknya yang telah meninggal dunia setelah tertabrak truk pengangkut ayam di KM80 Jalan Raya Timur-Barat, Gerik-Jeli, Malaysia, pada Minggu dini hari (11/5/2025). Gajah betina itu bahkan berusaha mendorong truk dan merusak bagian depannya, menunjukkan ekspresi duka dan ketidakrelaan.

Pihak Kepolisian Sektor Gerik menjelaskan bahwa pengemudi truk awalnya hanya melihat seekor gajah dewasa yang sedang makan rumput di pinggir jalan. Namun, beberapa detik kemudian, anak gajah tiba-tiba muncul dari sisi hutan dan menyeberang, membuat pengemudi tidak sempat menghindar karena jarak yang terlalu dekat. Hal ini disampaikan oleh Inspektur Zulkifli Mahmood sebagaimana dilansir dari The Star.

Setelah kejadian, induk gajah terus berada di sisi anaknya yang telah tak bernyawa. Ia akhirnya harus dibius demi alasan keselamatan dan dikembalikan ke kawanan gajahnya, sementara jenazah anak gajah dievakuasi oleh petugas.

Gajah: Makhluk Sosial yang Penuh Empati

Peristiwa ini menunjukkan bahwa gajah bukan hanya binatang besar, tetapi juga makhluk sosial yang memiliki ikatan emosional kuat, khususnya antara induk dan anak. Dalam struktur sosial gajah, kelompok dipimpin oleh betina tertua yang hidup bersama anggota betina lainnya serta anak-anak mereka. Sementara itu, gajah jantan hidup terpisah saat dewasa.

Reaksi emosional yang ditunjukkan sang induk sejalan dengan hasil berbagai studi yang menyebutkan bahwa gajah mampu merasakan kesedihan, bahkan berduka atas kematian anggota keluarganya.

Perjalanan Hidup Gajah yang Penuh Tantangan

Sebagai mamalia darat terbesar di dunia, gajah memiliki proses reproduksi yang panjang. Masa kehamilan seekor gajah berkisar 18–22 bulan, dan mereka hanya melahirkan satu anak setiap empat hingga lima tahun. Anak gajah yang baru lahir memiliki bobot sekitar 100 kg dan membutuhkan waktu lama untuk disapih.

Sayangnya, tahun-tahun awal kehidupan anak gajah sangat rentan. Lebih dari 30 persen anak gajah meninggal sebelum dewasa akibat berbagai faktor seperti penyakit, predator, atau konflik dengan manusia.

Hingga kini, populasi gajah di alam liar terus menurun. Penyebab utamanya adalah perusakan habitat dan perburuan. Ekspansi wilayah manusia membuat hutan semakin terfragmentasi, memaksa gajah keluar dari habitatnya dan menimbulkan konflik, seperti peristiwa yang terjadi di Perak, Malaysia.

Belajar dari Duka Sang Induk

Kisah ini menjadi pengingat bahwa hewan pun memiliki perasaan dan keterikatan emosional yang dalam. Perilaku sang induk gajah yang tetap setia di sisi anaknya yang telah tiada merupakan bukti nyata bahwa cinta kasih tidak hanya milik manusia.

Perlu upaya bersama untuk menciptakan hubungan yang lebih harmonis antara manusia dan satwa liar. Dengan menjaga habitat mereka dan mengurangi konflik, diharapkan tragedi seperti ini tak lagi terulang di masa depan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makan Siang Bareng Panda? Yuk, Cobain di Taman Safari!

Misteri Beruang Madu di Ragunan: Satwa Langka yang Wajib Kamu Kenali!

Pertama di Indonesia! Hologram Zoo Buka Dunia Virtual di Lippo Mall Puri